Sehat Indonesiaku! Menambah Laboraturium SHK,Kemenkes Cegah Gangguan Tiroid Lebih Dini

 

Delix News.artikelinstan.com - Hipotiroidisme kongenital adalah kurangnya hormon tiroid yang muncul sejak bayi lahir. Hipotiroidisme kongenital juga dikenal sebagai hipotiroidisme kongenital. Gangguan kesehatan ini terjadi karena bayi tidak memiliki kelenjar tiroid atau kelenjar tiroid kurang aktif.

Wakil Menteri Kesehatan, Dante Sakssono Harbuwono, mengatakan bahwa kelainan hormon tiroid atau hipotiroidisme bawaan (HK) pada bayi lahir dengan risiko tinggi yang menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Untuk alasan ini, penanganan diperlukan sedini mungkin, mengingat hormon tiroid memiliki peran penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak -anak.

"Kalau anak mempunyai hormon tiroid normal, Tumbuh kembangnya akan terjadi dengan sangat baik serta optimal. Tinggi dan berat badannya cukup, kecerdasannya juga bagus," kata Wamenkes.

Iklan 

Dikatakan oleh Wamenkes, gangguan hormon tiroid dapat mengganggu perkembangan dan pertumbuhan, terutama di saraf otak anak. Akibatnya, anak -anak tidak akan tumbuh secara optimal, cenderung pendek dan kekurangan berat badan. Penemuan kasus dan pengobatan yang terlambat dapat menyebabkan anak -anak mengalami kecacatan dan keterbelakangan mental.

Untuk alasan ini, skrining hipotiroid bawaan diperlukan sesegera mungkin sehingga penyediaan pengobatan untuk anak -anak dapat segera diberikan. Penyediaan terapi sebelum anak berusia 1 bulan dapat mencegah kerusakan saraf otak, sehingga anak -anak dapat tumbuh dengan baik.

Pemeriksaan hormon tiroid pada anak-anak dilakukan dengan mengambil 2-3 tetes sampel darah yang diambil dari tumit bayi berusia 48 hingga 72 jam oleh petugas kesehatan di fasilitas perawatan kesehatan.

Di Indonesia, implementasi SHK telah dimulai sejak tahun 2003 melalui kerja sama antara Kementerian Kesehatan dan RSHS Bandung dan RSCM Jakarta untuk melakukan tes skrining hipotiroid bawaan.

Implementasi SHK hingga 2020, mencatat lebih dari 4000 faskankes telah melakukan SHK dengan pemeriksaan laboratorium di 4 rumah sakit vertikal termasuk Dr. Cipto Mangunkusumo, RSUP Dr. Hasan Sadikin, RSUP DR. Sardjito dan Rsud DR. Soetomo.

Prestasi, kata Wamenkes, masih belum optimal karena tidak semua faskanke di semua kabupaten/kota telah menerapkan ujian HK.

Untuk meningkatkan ruang lingkup layanan SHK, Kementerian Kesehatan melakukan berbagai upaya termasuk membuat materi pendidikan, melakukan sosialisasi, pelatihan, mempersiapkan anggaran untuk penyaringan, perekaman dan sistem pelaporan.

Selain itu, Kementerian Kesehatan tahun ini juga akan menambah 7 Laboratorium Pemeriksaan SHK, yaitu Rumah Sakit Karyadi Semarang, Rumah Sakit Adam Malik Medan, Rumah Sakit Dr. M Djamil Padang, Rumah Sakit Moesin M Hoesin, Rumah Sakit Prof. Rumah Sakit Sudirohusodo Makassar dan Dr.D RSUP RSUP R.D.D Kandouw Manado.

"Sekarang hanya ada 4 laboratorium yang dapat melakukan pemeriksaan SHK. Dengan keinginan kami untuk memeriksa semua bayi yang baru lahir, kami perlu meningkatkan jumlah laboratorium dari 4 laboratorium menjadi 11 laboratorium," kata Wamenkes. '

Penambahan laboratorium, Wamenkes yang ditambahkan akan dilakukan secara bertahap. Saat ini telah ada koordinasi yang intens dengan rumah sakit terkait. Harapannya dalam waktu dekat dapat segera direalisasikan.


 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama